pencegahan penyakit akibat gigitan hewan

Rabies bukan sekadar penyakit lama yang terlupakan. Menurut WHO (2024), rabies masih menyebabkan lebih dari 59.000 kematian setiap tahun di seluruh dunia, dan sebagian besar terjadi di Asia dan Afrika. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI (2023) melaporkan bahwa kasus rabies masih muncul hampir setiap tahun, terutama di wilayah pedesaan.

Rabies adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan hewan terinfeksi — biasanya anjing, kucing, atau kelelawar. Begitu gejalanya muncul, penyakit ini hampir selalu berakhir fatal.

Gejala Rabies yang Perlu Diwaspadai

Rabies memiliki dua fase utama: fase awal dan fase neurologis. Fase awal bisa tampak seperti flu biasa — demam, sakit kepala, dan lemas. Namun setelah beberapa hari, gejala berkembang cepat menjadi lebih parah: sulit menelan, takut air (hidrofobia), kebingungan, bahkan halusinasi.

Menurut data Kemenkes RI (2022), waktu inkubasi rabies berkisar antara 1 hingga 3 bulan, tergantung lokasi gigitan dan jumlah virus yang masuk. Semakin dekat gigitan ke kepala, semakin cepat gejala muncul.

Mengapa Kasus Rabies Masih Tinggi?

Masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya tindakan cepat setelah tergigit hewan. Padahal, penanganan pertama yang benar — seperti mencuci luka dengan sabun dan air mengalir minimal 15 menit — bisa menurunkan risiko infeksi secara signifikan (WHO, 2023).

Selain itu, masih banyak hewan peliharaan yang belum divaksin, serta kurangnya edukasi publik tentang bahaya rabies. Di sinilah peran lembaga kesehatan dan laboratorium seperti Lab CITO menjadi penting: mendukung upaya pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pencegahan penyakit menular.

Langkah Pencegahan Rabies di Kehidupan Sehari-hari

Mencegah rabies sebenarnya tidak sulit, asal kita konsisten dan sadar akan risikonya. Berikut beberapa langkah sederhana yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan RI (2024):

  • Jaga jarak dari hewan liar atau tidak dikenal. Jangan bermain atau memberi makan hewan yang tampak agresif.

  • Vaksinasi hewan peliharaan secara berkala. Pastikan hewan kesayangan mendapatkan vaksin rabies sesuai jadwal dokter hewan.

  • Segera bersihkan luka gigitan. Gunakan sabun dan air mengalir, lalu segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan.

  • Edukasi keluarga dan lingkungan sekitar. Terutama anak-anak, agar tidak mendekati hewan yang tidak diketahui status kesehatannya.

Lab CITO Dukung Pencegahan Rabies di Indonesia

Sebagai laboratorium kesehatan yang peduli pada isu publik, Lab CITO turut mendukung upaya pencegahan rabies dengan mengedukasi masyarakat melalui kampanye kesehatan dan penyebaran informasi terpercaya. Edukasi ini menjadi langkah nyata agar masyarakat lebih waspada, memahami gejala dini, serta tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi gigitan hewan.

CITO percaya bahwa pencegahan adalah bentuk kepedulian — bukan hanya terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap keluarga dan lingkungan.

Ayo Cegah Sebelum Terlambat

Rabies adalah penyakit yang bisa dicegah sepenuhnya jika kita sadar dan sigap. Jangan tunggu sampai terlambat — jaga hewan peliharaan, edukasi lingkungan sekitar, dan selalu tanggap terhadap setiap gigitan hewan.

Untuk informasi kesehatan lainnya, kunjungi Artikel Edukasi Kesehatan Terbaru di Lab CITO agar tetap update dengan informasi terpercaya seputar kesehatan.

REFRENSI
  • World Health Organization (WHO). (2024). Rabies Fact Sheet. Geneva.

  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Rabies di Indonesia. Jakarta.

  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Laporan Situasi Rabies Nasional. Jakarta.

  • World Health Organization (WHO). (2023). Zero by 30: Global Strategic Plan for Eliminating Human Deaths from Dog-Mediated Rabies. Geneva.

Paket Promo LabCito Termurah 2025