Depresi dapat menyebabkan perubahan signifikan pada struktur dan fungsi otak, yang berdampak pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Di Indonesia, menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Kementerian Kesehatan, prevalensi depresi mencapai 1,4% dari total populasi. Kelompok usia 15–24 tahun (Gen Z) menjadi kelompok dengan tingkat depresi tertinggi, yaitu sebesar 2%, dan hanya sekitar 10% dari mereka yang mendapatkan penanganan medis. Fakta ini menunjukkan bahwa masih banyak penderita depresi yang tidak mendapatkan bantuan profesional yang mereka butuhkan.

Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi pada otak akibat depresi:

1. Penyusutan Volume Otak

Penelitian menunjukkan bahwa depresi dapat menyebabkan penyusutan pada beberapa area otak, seperti hipokampus, korteks prefrontal, dan amigdala. Hipokampus berperan penting dalam memori dan pembelajaran, sementara korteks prefrontal terkait dengan pengambilan keputusan dan kontrol emosi. Penyusutan ini dapat mengakibatkan gangguan kognitif dan emosional pada penderita depresi.

2. Peradangan Otak

Depresi kronis dapat memicu peradangan di otak, yang berpotensi merusak sel-sel saraf dan mengganggu komunikasi antar neuron. Peradangan ini juga dapat menghambat aliran darah ke otak, memperburuk kondisi mental, dan meningkatkan risiko gangguan neurologis lainnya.

3. Gangguan Kadar Neurotransmitter

Depresi sering kali dikaitkan dengan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, dan glutamat. Neurotransmitter ini berperan dalam mengatur suasana hati, motivasi, dan fungsi kognitif. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan perubahan struktural pada otak dan memperburuk gejala depresi.

4. Penurunan Pasokan Oksigen ke Otak

Depresi dapat menyebabkan hipoksia ringan, yaitu kondisi di mana otak kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen ini dapat merusak jaringan otak, menyebabkan kematian sel-sel saraf, dan mengganggu fungsi otak secara keseluruhan.

5. Penuaan Dini pada Otak

Studi menunjukkan bahwa depresi dapat mempercepat proses penuaan otak. Otak penderita depresi tampak lebih tua dibandingkan dengan usia kronologisnya, yang dapat meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan Alzheimer.

6. Gangguan Fungsi Amigdala

Amigdala adalah bagian otak yang mengatur respons emosional. Pada penderita depresi, amigdala dapat menjadi hiperaktif, yang menyebabkan gangguan pola tidur, peningkatan kecemasan, dan perubahan suasana hati yang drastis.

7. Penurunan Neuroplastisitas

Depresi dapat menghambat neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk membentuk dan mengatur ulang koneksi sinaptik. Hal ini dapat mengurangi kemampuan otak untuk beradaptasi dengan perubahan, mempelajari hal baru, dan pulih dari cedera atau stres

Pentingnya Penanganan Dini

Mengabaikan gejala depresi dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan kecemasan, masalah fisik kronis, dan peningkatan risiko bunuh diri. Oleh karena itu, penting untuk:

  • Meningkatkan kesadaran tentang gejala depresi.

  • Mengurangi stigma terhadap gangguan kesehatan mental.

  • Mendorong individu untuk mencari bantuan profesional.

Depresi memiliki dampak yang signifikan terhadap struktur dan fungsi otak. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan fisik secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk tidak meremehkan gejala depresi dan segera mencari bantuan profesional jika diperlukan. Penanganan yang tepat dan dini dapat membantu mencegah kerusakan otak lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup penderita.