
Pernah nggak sih kamu merasa cepat lelah, pusing, atau gampang lapar meskipun baru saja makan? Hati-hati, bisa jadi itu tanda-tanda awal Sindroma Metabolik — sebuah kondisi yang sering kali datang diam-diam, tapi punya dampak besar terhadap kesehatan jangka panjang.
Apa Itu Sindroma Metabolik?
Sindroma Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolisme yang terjadi bersamaan dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, stroke, serta diabetes melitus tipe 2 (Kemenkes RI, 2022). Biasanya, kondisi ini ditandai oleh peningkatan lingkar pinggang, tekanan darah tinggi, kadar gula darah puasa tinggi, trigliserida tinggi, dan kolesterol HDL rendah.
Menurut World Health Organization (WHO, 2023), sindroma metabolik kini menjadi salah satu masalah kesehatan global yang paling cepat meningkat. WHO memperkirakan lebih dari 25% populasi dunia dewasa mengalami kondisi ini. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Riskesdas 2023, prevalensi obesitas sentral — salah satu indikator utama sindroma metabolik — mencapai 35,4% pada wanita dan 26,8% pada pria.
Gejala dan Kriteria Sindroma Metabolik
Menurut kriteria National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) yang juga diadaptasi oleh Kemenkes RI, seseorang dinyatakan memiliki sindroma metabolik bila memenuhi tiga dari lima kriteria berikut:
-
Obesitas sentral (lingkar pinggang):
-
Pria > 90 cm
-
Wanita > 80 cm
-
-
Trigliserida: > 150 mg/dL atau sedang dalam pengobatan.
-
Kolesterol HDL:
-
Pria < 40 mg/dL
-
Wanita < 50 mg/dL
-
-
Tekanan darah: ≥130/85 mmHg atau sedang dalam pengobatan hipertensi.
-
Gula darah puasa: ≥100 mg/dL atau sedang dalam pengobatan diabetes.
Faktor Risiko Sindroma Metabolik
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami sindroma metabolik meliputi:
-
Kelebihan berat badan atau obesitas (BMI > 25)
-
Kurang aktivitas fisik atau inactive lifestyle
-
Usia di atas 40 tahun
-
Riwayat keluarga diabetes melitus (DM)
-
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan
-
Menopause pada wanita
-
Pola makan tinggi lemak jenuh dan gula
Kemenkes RI (2023) mencatat bahwa gaya hidup sedentari (kurang gerak) menjadi penyumbang terbesar terhadap meningkatnya prevalensi sindroma metabolik di Indonesia, terutama di wilayah perkotaan.
Komplikasi Sindroma Metabolik
Jika tidak ditangani dengan baik, sindroma metabolik bisa memicu berbagai komplikasi serius, seperti:
-
Diabetes melitus tipe 2
-
Penyakit jantung koroner
-
Stroke
-
Aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah)
-
Penyakit ginjal kronis
-
Fatty liver (perlemakan hati)
Kondisi-kondisi ini dapat menurunkan kualitas hidup bahkan meningkatkan risiko kematian dini (WHO, 2023).
Cara Mencegah Sindroma Metabolik
Kabar baiknya, sindroma metabolik bisa dicegah! Kunci utamanya adalah perubahan gaya hidup. Berikut langkah-langkah pencegahannya:
-
Turunkan berat badan berlebih dan pertahankan berat badan ideal. Menurut penelitian dari Journal of Metabolic Syndrome (2021), penurunan berat badan sebesar 5–10% saja sudah bisa memperbaiki kadar gula darah dan tekanan darah secara signifikan.
-
Konsumsi makanan bergizi seimbang. Batasi lemak trans, lemak jenuh, gula, dan natrium. Perbanyak sayur, buah, biji-bijian, ikan, dan daging tanpa lemak. Pola makan seperti Mediterranean Diet terbukti mampu menurunkan risiko sindroma metabolik hingga 30% (WHO, 2022).
-
Olahraga rutin. Lakukan 30–60 menit aktivitas fisik intensitas sedang (misalnya jalan cepat atau bersepeda) setiap hari. Aktivitas ini meningkatkan sensitivitas insulin dan memperbaiki metabolisme lemak.
-
Berhenti merokok dan batasi alkohol. Nikotin dan alkohol memperburuk resistensi insulin dan meningkatkan tekanan darah.
-
Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kadar gula, kolesterol, dan tekanan darah secara rutin di laboratorium kesehatan seperti Laboratorium CITO dapat membantu mendeteksi dini risiko sindroma metabolik.
Kesimpulan
Sindroma metabolik bukan sekadar istilah medis — ia adalah alarm tubuh yang memberi tahu bahwa gaya hidup kita butuh perhatian. Dengan menjaga pola makan, rutin berolahraga, dan melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, kamu bisa menghindari risiko penyakit serius di masa depan.
Mulailah langkah kecil hari ini. Karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Innovation For Happiness
REFRENSI
-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Sindroma Metabolik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Kemenkes RI.
-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2023. Jakarta: Badan Litbangkes.
-
World Health Organization. (2022). Healthy diet fact sheet. Geneva: WHO.
-
World Health Organization. (2023). Noncommunicable Diseases Country Profiles 2023. Geneva: WHO.
-
Journal of Metabolic Syndrome. (2021). Impact of Lifestyle Modification on Metabolic Syndrome Components. 18(4), 245–256.
Recent Comments