Kasus Leptospirosis di Indonesia

Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, biasanya ditularkan melalui urine tikus yang mencemari air atau tanah. Di Indonesia, penyakit ini kerap muncul saat musim hujan, terutama di wilayah dengan sanitasi kurang baik. Kebiasaan sederhana seperti berjalan tanpa alas kaki di jalan becek atau banjir bisa menjadi pintu masuk bakteri ke dalam tubuh melalui luka kecil atau kulit yang lembap (Kemenkes RI, 2023).

WHO (2022) menegaskan bahwa leptospirosis termasuk dalam neglected tropical diseases yang sering terabaikan padahal dapat menyebabkan gejala berat seperti gagal ginjal, gagal hati, hingga kematian jika tidak ditangani cepat.

Anak Muda dan Gaya Hidup Nyeker

Banyak anak muda di kota maupun desa yang suka nyeker karena alasan simpel: nyaman, praktis, atau sekadar kebiasaan dari kecil. Namun, di era modern dengan ancaman penyakit infeksi, kebiasaan ini bisa jadi bumerang. Menurut data Kemenkes RI (2024), kasus leptospirosis meningkat pasca musim hujan, dengan lonjakan signifikan di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Data epidemiologi menunjukkan, dari total kasus leptospirosis tahun 2023, sekitar 30% terjadi pada kelompok usia produktif (15–45 tahun). Angka ini mengkhawatirkan, mengingat kelompok usia ini adalah tulang punggung ekonomi keluarga dan bangsa.

Gejala yang Sering Diabaikan

Gejala leptospirosis mirip flu biasa, sehingga sering terlambat dikenali:

  • Demam tinggi mendadak

  • Sakit kepala hebat

  • Nyeri otot, terutama di betis dan punggung

  • Mata merah

  • Mual, muntah, hingga diare

Jika tidak segera mendapat perawatan, kondisi bisa memburuk menjadi ikterus (mata dan kulit kuning), gagal ginjal, hingga perdarahan paru (WHO, 2021).

Pencegahan: Langkah Kecil, Dampak Besar

Kabar baiknya, leptospirosis bisa dicegah dengan langkah sederhana:

  • Gunakan alas kaki saat berjalan di tempat basah atau becek.

  • Hindari genangan banjir, apalagi jika ada luka di kaki.

  • Jaga kebersihan rumah dari tikus dengan tidak meninggalkan makanan terbuka.

  • Segera periksa ke fasilitas kesehatan bila muncul gejala mencurigakan setelah kontak dengan banjir atau air kotor.

Kemenkes RI (2023) juga menekankan pentingnya pemeriksaan laboratorium dini untuk menegakkan diagnosis leptospirosis. Lab CITO, sebagai laboratorium kesehatan, menyediakan layanan pemeriksaan cepat dan akurat untuk membantu deteksi dini penyakit ini.

Kesimpulan

Kebiasaan sepele seperti nyeker ternyata bisa membuka pintu bagi penyakit serius seperti leptospirosis. Di momen musim hujan ini, mari lebih waspada. Jaga diri, jaga keluarga, dan jangan ragu memeriksakan kesehatan secara rutin. Ingat, mencegah selalu lebih mudah daripada mengobati.

Innovation For Happiness

REFRENSI
  • Kementerian Kesehatan RI. (2023). Profil Kesehatan Indonesia 2023. Jakarta: Kemenkes RI.

  • Kementerian Kesehatan RI. (2024). Laporan Kasus Leptospirosis di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

  • World Health Organization. (2021). Leptospirosis: Fact Sheets. Geneva: WHO.

  • World Health Organization. (2022). Neglected Tropical Diseases: Leptospirosis Update. Geneva: WHO.