remaja mengantuk meskipun sudah tidur cukup

Pernah merasa menguap terus sepanjang hari, padahal semalam tidur cukup? Fenomena sering ngantuk padahal sudah tidur cukup kini makin sering dialami oleh banyak orang, terutama usia produktif. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2023), gangguan kantuk di siang hari meningkat hingga 25% pada pekerja usia 25–40 tahun, meski mereka tidur rata-rata 7–8 jam per malam.
Lalu, kenapa tubuh masih lelah padahal waktu tidur sudah ideal?

1. Tidur Cukup Belum Tentu Tidur Berkualitas

Durasi tidur bukan satu-satunya kunci. Kualitas tidur jauh lebih penting. Berdasarkan riset World Health Organization (WHO, 2022), tidur berkualitas adalah tidur yang memiliki fase deep sleep dan REM sleep yang cukup.
Masalahnya, banyak orang tertidur dengan gangguan seperti cahaya ponsel, stres, atau konsumsi kafein sebelum tidur. Akibatnya, meski tidur 7 jam, tubuh tidak benar-benar pulih.

Tips:

  • Hindari layar ponsel minimal 30 menit sebelum tidur.

  • Ciptakan suasana kamar yang tenang dan gelap.

  • Gunakan pola tidur teratur, tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari.

2. Sleep Debt dan Pola Tidur Tidak Konsisten

Banyak orang merasa sudah “balas dendam tidur” di akhir pekan, tapi tetap mengantuk di hari kerja. Ini disebut sleep debt akumulasi kurang tidur yang tidak bisa langsung ditebus dengan satu malam tidur panjang.
Menurut Kemenkes (2022), tubuh butuh waktu minimal 3–5 hari untuk menormalkan ritme sirkadian setelah pola tidur terganggu. Jadi, tidur cukup sekali dua kali tidak cukup bila ritme biologis sudah kacau.

3. Faktor Medis: Sleep Apnea dan Hipotiroid

Kalau kamu sering ngantuk padahal tidur cukup, bisa jadi tubuh sedang memberi sinyal adanya gangguan medis.

  • Sleep apnea: gangguan pernapasan saat tidur yang menyebabkan otak kekurangan oksigen.

  • Hipotiroidisme: kondisi di mana kelenjar tiroid kurang aktif, sehingga metabolisme melambat dan menyebabkan kelelahan terus-menerus.

Data WHO (2023) menunjukkan bahwa 1 dari 10 orang dewasa mengalami sleep apnea ringan hingga sedang, dan sebagian besar tidak menyadarinya.

Solusi:
Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin, terutama tes fungsi tiroid di laboratorium atau klinik terpercaya seperti Laboratorium Klinik CITO.

4. Gaya Hidup dan Pola Makan Juga Berpengaruh

Makanan tinggi gula, kafein berlebihan, atau dehidrasi ringan bisa memicu rasa kantuk berulang. Kemenkes (2024) mencatat bahwa konsumsi kopi atau minuman energi lebih dari dua kali sehari dapat menurunkan efisiensi tidur hingga 30%.
Begitu juga dengan gaya hidup sedentari — duduk terlalu lama tanpa aktivitas fisik membuat metabolisme tubuh melambat, sehingga mudah lesu dan mengantuk.

Coba ubah rutinitasmu:

  • Minum air putih 2–2,5 liter sehari.

  • Lakukan peregangan tiap 1 jam kerja.

  • Kurangi konsumsi kafein setelah jam 3 sore.

5. Saatnya Periksa Kesehatan Rutin

Jika kamu merasa sering ngantuk padahal sudah tidur cukup, bisa jadi tubuh sedang memberi “peringatan halus”. Pemeriksaan rutin seperti MCU (Medical Check Up) dapat membantu mendeteksi dini gangguan hormon, anemia, gangguan tidur, hingga stres kronis.

Kesimpulan

Rasa ngantuk berlebih bukan hanya tanda kurang tidur, tapi bisa menjadi alarm tubuh terhadap kualitas tidur, gaya hidup, atau kondisi medis tertentu. Jadi, sebelum menambah jam tidur, pastikan tubuhmu benar-benar mendapatkan tidur yang berkualitas.
Dan kalau gejalanya tak kunjung hilang, jangan ragu untuk konsultasi dan periksa rutin di Lab CITO, karena langkah kecil bisa jadi awal dari hidup yang lebih bugar dan produktif.

Innovation For Happiness

REFRENSI
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Fakta Tidur dan Produktivitas di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Pedoman Gaya Hidup Sehat untuk Pekerja Kantoran.

  • World Health Organization. (2022). Sleep and Health: Global Recommendations for Healthy Living. Geneva: WHO.

  • World Health Organization. (2023). Obstructive Sleep Apnea and Its Public Health Impact. Geneva: WHO.

Paket Promo LabCito Termurah 2025