
Kementerian Kesehatan RI sudah lama mengingatkan kita untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) agar terhindar dari penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Anjuran ini diperkuat dengan Permenkes No. 30 Tahun 2013 tentang pencantuman informasi kandungan gula, garam, dan lemak pada produk pangan olahan. Bagi Gen Z yang cenderung aktif dan dekat dengan gaya hidup serba cepat, kebiasaan mengatur asupan GGL sangat penting agar tetap sehat dan produktif.
1. Makan Sehat: Batasi GGL, Perbanyak Buah dan Sayur
Konsumsi berlebihan gula, garam, dan lemak terbukti meningkatkan risiko obesitas serta penyakit kronis. WHO merekomendasikan agar konsumsi gula tambahan tidak lebih dari 10% total energi harian (sekitar 50 gram atau 4 sendok makan per hari untuk orang dewasa) (WHO, 2020). Untuk garam, batas maksimal adalah 5 gram/hari atau setara 1 sendok teh. Sedangkan lemak jenuh sebaiknya tidak melebihi 10% dari total energi harian (Kemenkes, 2021).
Tips praktis untuk Gen Z:
-
Kurangi makanan cepat saji, snack tinggi gula, dan minuman manis dalam kemasan.
-
Perbanyak konsumsi buah segar, sayur, protein tanpa lemak, dan air putih minimal 8 gelas sehari.
-
Biasakan membawa bekal sehat dari rumah untuk menghindari makanan tinggi GGL di luar.
2. Gerak Aktif: 30 Menit Sehari Cukup
Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 33,5% penduduk Indonesia kurang aktivitas fisik, yang menjadi faktor risiko utama penyakit tidak menular. WHO (2022) merekomendasikan remaja dan orang dewasa berusia 18–64 tahun melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit aktivitas sedang per minggu (atau sekitar 30 menit per hari, 5 kali seminggu).
Tips untuk Gen Z:
-
Jalan kaki atau bersepeda ke kampus/kerja.
-
Gunakan tangga daripada lift.
-
Manfaatkan aplikasi fitness untuk memantau langkah harian.
3. Gaya Hidup Seimbang: Tidur, Stres, dan Sosialisasi
Selain makan dan olahraga, gaya hidup juga berperan penting. Gen Z dikenal multitasking dan sering terpapar layar gadget hingga larut malam, yang berdampak pada kurang tidur. Padahal, tidur cukup 7–9 jam per malam terbukti meningkatkan konsentrasi, imunitas, dan kesehatan mental (Kemenkes, 2022).
Mengelola stres juga tak kalah penting. Data WHO (2021) menunjukkan bahwa lebih dari 1 miliar orang di dunia mengalami gangguan mental, dan salah satu pemicunya adalah gaya hidup yang penuh tekanan. Oleh karena itu:
-
Sempatkan quality time bersama keluarga/teman.
-
Lakukan hobi di luar ruangan.
-
Rutin melakukan relaksasi seperti meditasi atau yoga.
Kesimpulan
Menjaga kesehatan bukan hanya soal menghindari penyakit, tapi juga investasi jangka panjang bagi masa depan. Dengan membatasi gula, garam, dan lemak, rutin bergerak, serta mengatur pola hidup, Gen Z bisa menjadi generasi yang lebih sehat, produktif, dan bahagia.
Innovation For Happiness
Referensi
-
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak pada Pangan Olahan.
-
Kementerian Kesehatan RI. (2021). InfoDATIN: Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
-
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes RI.
-
WHO. (2020). Guideline: Sugars intake for adults and children. World Health Organization.
-
WHO. (2021). World Mental Health Report: Transforming Mental Health for All. World Health Organization.
-
WHO. (2022). Physical activity guidelines. World Health Organization.
-
Badan Litbangkes. (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Kemenkes RI.
Recent Comments